I LOVE INDONESIA, HOW ABOUT YOU? welcome: Wisata Budaya Kabupaten Gunungkidul

Sabtu, 23 Juni 2012

Wisata Budaya Kabupaten Gunungkidul

Petilasan yang terbentuk pada periode Islam ini berada di Dusun Wonosari, Desa Jurangjero, Kecamatan Ngawen. Data dari sejarah diketahui bahwa Gunung Gambar merupakan tempat bertapa Raden Mas Said/Pangeran Samber Nyowo yang kemudian bergelar KGPAA Mangkunegara I. Pada hari tertentu banyak orang yang ziarah ke Gunung Gambar, terutama pada waktu tirakatan menjelang Upacara Sadranan, banyak di padati oleh orang-orang yang datang untuk memohon sesuatu.
Tempat ini secara landscape cukup unik dan indah dengan jalanan yang menanjak dan berliku-liku, sayang akses jalan menuju obyek ini rusak cukup parah. Dari puncak gunung ini pengunjung bisa melihat rawa Jombor di Klaten serta genangan waduk Gajah Mungkur di kejauhan. Pada malam hari tidak jarang orang juga datang ke tempat ini untuk menyaksikan gemerlap Klaten dan Solo. Tempat ini sempat diperebutkan antara pemerintah Jateng Dan DIY.
Kembang Lampir merupakan petilasan Ki Ageng Pemanahan yang terletak di Desa Girisekar, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul. Tempat ini merupakan pertapaan Ki Ageng Pemanahan ketika mencari wahyu karaton Mataram. Ki Ageng Pemanahan merupakan keturunan Brawijaya V dari kerajaan Majapahit. Dalam bertapa itu akhirnya ia mendapat petunjuk dari Sunan Kalijaga bahwa wahyu karaton berada di Dusun Giring, Desa Sodo, Kecamatan Paliyan, Gunung Kidul. Untuk itu ia diperintahkan oleh Sunan Kalijaga untuk cepat-cepat pergi ke sana. Sampai di Sodo ia singgah ke rumah kerabatnya, Ki Ageng Giring.
Diceritakan bahwa di tempat itu Ki Ageng Giring dan Pemanahan "berebut" wahyu karaton yang disimbolkan dalam bentuk degan (kelapa muda). Barangsiapa meminum air degan itu sampai habis, maka anak keturunannya akan menjadi raja Tanah Jawa. Konon degan tersebut merupakan simbol persetubuhan dengan seorang puteri. Dalam perebutan wahyu tersebut Ki Ageng Pemanahan yang berhasil memenangkannya.
Untuk dapat sampai ke tempat pertapaan ini pengunjung harus melewati anak tangga permanen yang telah dibangun. Adapun denah kompleks Kembang Lampir berbentuk angka 9 (sembilan). Hal ini sebagai tanda bahwa kompleks itu dibangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwana IX. Bangunan yang ada di sana antara lain : Bangunan induk sebagai tempat penyimpanan pusaka "Wuwung Gubug Mataram dan Songsong Ageng Tunggul Naga" serta dua buah Bangsal Prabayeksa di kanan dan di kiri. Menurut jurukunci, Surakso Puspito, sebagai penghormatan kepada para pepundhen Mataram di kompleks itu juga dibangun beberapa patung antara lain : Panembahan Senapati dan Ki Ageng Pemanahan, serta Ki Juru Mertani. 
Bangunan periode Islam ini terletak di Dusun Watugajah Desa Girijati Kecamatan Purwaosari. Situs ini seluas 13.200 meter persegi dan terletak di ketinggian 138 mdpl. Memliki struktur bangunan berteras dan berbahan batu putih. Di dalam OV (Oudheidkundige Verslag) tahun 1925 FDK Bosch menyebut bangunan ini berasal dari abad XVI dan berdasar gaya arsitektur dan pilar-pilar yang masih nampak bercorak Islam. Memasuki area candi, pengunjung akan menemukan pepohonan rindang dan sawah yang luas menghijau sebagai gerbang utama. Tepat di depan candi, terdapat punden berundak dan bila berdiri disana dan memandang ke arah selatan akan terhampar pemandangan sawah yang membelakangi laut dimana suara debur ombaknya masih bisa terdengar bila diperhatikan dengan seksama.Bangunan pesanggrahan Gembirowati ini berbentuk teras yang membujur ke arah barat - timur dengan penyimpangan 20 derajat menghadap selatan. Arah bangunan ini memang menghadap selatan, dimana tempat pemujaannya menghadap utara. Tak bisa dipastikan apakah candi ini dibangun sebagai tempat memuja Ratu Pantai Selatan, namun yang pasti candi ini juga merupakan tempat pelarian bagi keturunan Prabu Brawijaya, raja terakhir Majapahit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar