Berdasarkan buku "Mozaik Pusaka Budaya Yogyakarta" yang disusun oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Yogyakarta, Gua Rancang Kencono merupakan gua purba sejajar dengan Gua Braholo yang terdapat di Kecamatan Rongkop, hal ini didasarkan pada penemuan artefak dan tulang belulang yang diperkirakan hidup pada ribuan tahun yang lalu.
Gua yang mempunyai ruangan luas dan lapang dengan pohon klumpit (Terminalia edulis) yang diperkirakan sudah berusia lebih dari 2 abad ini pernah dijadikan sebagai tempat persembunyian dan pertemuan Laskar Mataram pada saat menyusun rencana untuk mengusir Belanda dari Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Karena digunakan untuk merancang strategi demi tujuan mulia maka gua ini dinamakan Gua Rancang Kencono.
Untuk memasuki Gua Rancang Kencono cukup menuruni
tangga batu yang sudah dibangun sejak dulu. Sebatang pohon klumpit yang
tingginya sudah melampaui atap gua menyambut dengan gagahnya. Lubang
besar akibat lapuk terlihat di batang pohon menjadi penanda usianya yang
sudah renta. Gua Rancang Kencono memiliki sebuah pelataran atau ruang
yang luas dan bisa digunakan untuk mengadakan pertemuan. Stalaktit
tampak menghiasi langit-langit gua, banyak diantaranya sudah mati
sehingga tidak terlihat lagi air yang menetes. Di sebelah ruangan yang
luas terdapat ruang kecil dan sempit sertagelap gulita. Untuk memasuki
ruang ini YogYES harus melewati sebuah celah kecil dengan merunduk. Di
dalam ruang yang sempit ini terdapat lukisan bendera merah putih serta
kata-kata penyemangat yang ditujukan kepada para pejuang. Baru 10 menit
di ruangan udara sudah terasa pengap, kembali ke pelataran pun menjadi
pilihan.
Selain relung gua yang sempit dan gelap, di sisi lain
juga terdapat lorong yang konon menghubungkan Gua Rancang Kencono dengan
Air Terjun Sri Gethuk. Saat memasuki lorong tersebut YogYES harus
berjalan jongkok bahkan sesekali merangkak karena langit-langitnya
sangat pendek. Menurut pengelola, sebagian lorong tersebut telah runtuh
sehingga tidak bisa ditelusuri. Saat malam menjelang, Gua Rancang
Kencono yang disinari samar cahaya bulan terlihat mistis sekaligus
eksotis. Redup cahaya bintang dan sinar lampu taman yang tidak terlalu
benderang menjadi teman setia berbincang sambil menikmati secangkir
wedang jahe. Derik serangga berpadu dengan desau angin menciptakan
simfoni alam yang merdu dan mengiringi obrolan hingga larut malam.Tiket: Rp. 3.000 (merupakan tiket terusan dengan Air Terjun Sri Gethuk).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar