I LOVE INDONESIA, HOW ABOUT YOU? welcome: Juni 2012

Sabtu, 30 Juni 2012

Gunungkidul Handayani

Semboyan untuk kabupaten Gunungkidul adalah 'HANDAYANI', mungkin diantara Anda ada yang belum tahu arti slogan Handayani tersebut. Jadi berikut ini perincian arti Gunungkidul Handayani, lebih tepatnya arti semboyan HANDAYANI.

Gunungkidul Handayani

H kependekan dari Hijau berarti :
Bahwa penghijuaan di Kawasan Kabupaten Gunungkidul tetap dan terus
digalakkan agar tetap hijau sehingga menambah dan meningkatkan kesuburan dan
karena hijau adalah kunci keberhasilan pebangunan di Kabupaten Gunugkidul.

A kependekan dari aman berarti:
Bahwa suasana di Kabupaten Gunungkidul diharapkan selalu dala keadaan aman
dan tentram, yang senantiasa terjaga ketertiban dan keamanannya sehingga dapat
menunjang stabilitas nasional.

N kependekan dari Normatif berarti:
Segala tidakan semua aparat pemerintah beserta masyarakat senantiasa
berdasarkan hukum dan peraturan perudang-undangan yang berlaku untuk mewujudkan
aparatur pemerintah yang bersih dan wibawa serta masyarakat dan sadar
hukum.

D kependekan dari dinamis berarti:
Masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pembangunan penuh semangat, jiwa dan
tenaga sehingga dapat bergerak dan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan dalam
mencapai keberhasilan pembangunan.


A kependekan dari amal berarti:
Masyarakat Gunugkidul senantiasa sadar untuk melakukan amal shaleh dan atau
perbuatan luhur dengan berlandaskan iman yang kuat serta taqwa kepada Tuha YME.

Y kependekan dari Yakin berarti:
Aparatur pemerintah dan masyarakat harus percaya diri sendiri, tegas dan
mantap dalam bertindak dan mengambil keputusan sehigga dalam melaksanakan setiap
program kerja/kegiata pembangunan di yakini dapat berhsil dengan baik dan
semakin meningkat.

A kependekan dari Asah Asih Asuh berarti :
Untuk menggrakkan masyarakat Gunungkidul dalam melaksanakan pembangunan
senantiasa mengembangkan sikap-sikap mendidik/melatih dengan penuh kasih sayag,
dan membimbingnya serta memelihara supaya dapat mempunyai kemampuan untuk
mandiri.

N kependekan dari Nilai Tambah berarti:
Hasil dari setiap usaha diharapkan selalu mempunyai nilai tambah sehingga
dapat semakin meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

I kependekan dari Indah berarti:
Lingkungan panorama alam Gunungkidul yang indah, menarik dan menawan perlu
dilestarikan serta obyek-obyek wisata relijious, wisata budaya,wisata sejarah,
wisata pantai, wisata goa maupun wisata hutan perlu ditingkatkan penataannya
agar lebih menarik para wisatawan sehingga mampu menambah dan meningkatkan
pendapatan daerah.

Sabtu, 23 Juni 2012

Wisata Budaya Kabupaten Gunungkidul

Petilasan yang terbentuk pada periode Islam ini berada di Dusun Wonosari, Desa Jurangjero, Kecamatan Ngawen. Data dari sejarah diketahui bahwa Gunung Gambar merupakan tempat bertapa Raden Mas Said/Pangeran Samber Nyowo yang kemudian bergelar KGPAA Mangkunegara I. Pada hari tertentu banyak orang yang ziarah ke Gunung Gambar, terutama pada waktu tirakatan menjelang Upacara Sadranan, banyak di padati oleh orang-orang yang datang untuk memohon sesuatu.
Tempat ini secara landscape cukup unik dan indah dengan jalanan yang menanjak dan berliku-liku, sayang akses jalan menuju obyek ini rusak cukup parah. Dari puncak gunung ini pengunjung bisa melihat rawa Jombor di Klaten serta genangan waduk Gajah Mungkur di kejauhan. Pada malam hari tidak jarang orang juga datang ke tempat ini untuk menyaksikan gemerlap Klaten dan Solo. Tempat ini sempat diperebutkan antara pemerintah Jateng Dan DIY.
Kembang Lampir merupakan petilasan Ki Ageng Pemanahan yang terletak di Desa Girisekar, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul. Tempat ini merupakan pertapaan Ki Ageng Pemanahan ketika mencari wahyu karaton Mataram. Ki Ageng Pemanahan merupakan keturunan Brawijaya V dari kerajaan Majapahit. Dalam bertapa itu akhirnya ia mendapat petunjuk dari Sunan Kalijaga bahwa wahyu karaton berada di Dusun Giring, Desa Sodo, Kecamatan Paliyan, Gunung Kidul. Untuk itu ia diperintahkan oleh Sunan Kalijaga untuk cepat-cepat pergi ke sana. Sampai di Sodo ia singgah ke rumah kerabatnya, Ki Ageng Giring.
Diceritakan bahwa di tempat itu Ki Ageng Giring dan Pemanahan "berebut" wahyu karaton yang disimbolkan dalam bentuk degan (kelapa muda). Barangsiapa meminum air degan itu sampai habis, maka anak keturunannya akan menjadi raja Tanah Jawa. Konon degan tersebut merupakan simbol persetubuhan dengan seorang puteri. Dalam perebutan wahyu tersebut Ki Ageng Pemanahan yang berhasil memenangkannya.
Untuk dapat sampai ke tempat pertapaan ini pengunjung harus melewati anak tangga permanen yang telah dibangun. Adapun denah kompleks Kembang Lampir berbentuk angka 9 (sembilan). Hal ini sebagai tanda bahwa kompleks itu dibangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwana IX. Bangunan yang ada di sana antara lain : Bangunan induk sebagai tempat penyimpanan pusaka "Wuwung Gubug Mataram dan Songsong Ageng Tunggul Naga" serta dua buah Bangsal Prabayeksa di kanan dan di kiri. Menurut jurukunci, Surakso Puspito, sebagai penghormatan kepada para pepundhen Mataram di kompleks itu juga dibangun beberapa patung antara lain : Panembahan Senapati dan Ki Ageng Pemanahan, serta Ki Juru Mertani. 
Bangunan periode Islam ini terletak di Dusun Watugajah Desa Girijati Kecamatan Purwaosari. Situs ini seluas 13.200 meter persegi dan terletak di ketinggian 138 mdpl. Memliki struktur bangunan berteras dan berbahan batu putih. Di dalam OV (Oudheidkundige Verslag) tahun 1925 FDK Bosch menyebut bangunan ini berasal dari abad XVI dan berdasar gaya arsitektur dan pilar-pilar yang masih nampak bercorak Islam. Memasuki area candi, pengunjung akan menemukan pepohonan rindang dan sawah yang luas menghijau sebagai gerbang utama. Tepat di depan candi, terdapat punden berundak dan bila berdiri disana dan memandang ke arah selatan akan terhampar pemandangan sawah yang membelakangi laut dimana suara debur ombaknya masih bisa terdengar bila diperhatikan dengan seksama.Bangunan pesanggrahan Gembirowati ini berbentuk teras yang membujur ke arah barat - timur dengan penyimpangan 20 derajat menghadap selatan. Arah bangunan ini memang menghadap selatan, dimana tempat pemujaannya menghadap utara. Tak bisa dipastikan apakah candi ini dibangun sebagai tempat memuja Ratu Pantai Selatan, namun yang pasti candi ini juga merupakan tempat pelarian bagi keturunan Prabu Brawijaya, raja terakhir Majapahit.

Sejarah Gunungkidul

Pada waktu Gunungkidul masih merupakan hutan belantara, terdapat suatu desa yang dihuni beberapa orang pelarian dari Majapahit. Desa tersebut adalah Pongangan, yang dipimpin oleh R. Dewa Katong saudara raja Brawijaya. Setelah R Dewa Katong pindah ke desa Katongan 10 km utara Pongangan, puteranya yang bernama R. Suromejo membangun desa Pongangan, sehingga semakin lama semakin rama. Beberapa waktu kemudian, R. Suromejo pindah ke Karangmojo.

Perkembangan penduduk di daerah Gunungkidul itu didengar oleh raja Mataram Sunan Amangkurat Amral yang berkedudukan di Kartosuro. Kemudian ia mengutus Senopati Ki Tumenggung Prawiropekso agar membuktikan kebenaran berita tersebut. Setelah dinyatakan kebenarannya, Tumenggung Prawiropekso menasehati R. Suromejo agar meminta ijin pada raja Mataram, karena daerah tersebut masuk dalam wilayah kekuasaannya.

R. Suromejo tidak mau, dan akhirnya terjadilah peperangan yang mengakibatkan dia tewas. Begitu juga 2 anak dan menantunya. Ki Pontjodirjo yang merupakan anak R Suromejo akhirnya menyerahkan diri, oleh Pangeran Sambernyowo diangkat menjadi Bupati Gunungkidul I. Namun Bupati Mas Tumenggung Pontjodirjo tidak lama menjabat karena adanya penentuan batas-batas daerah Gunungkidul antara Sultan dan Mangkunegaran II pada tanggal 13 Mei 1831. Gunungkidul (selain Ngawen sebagai daerah enclave Mangkunegaran) menjadi kabupaten di bawah kekuasaan Kasultanan Yogyakarta.

Mas Tumenggung Pontjodirjo diganti Mas Tumenggung Prawirosetiko, yang mengalihkan kedudukan kota kabupaten dari Ponjong ke Wonosari.

Menurut Mr R.M Suryodiningrat dalam bukunya ”Peprentahan Praja Kejawen” yang dikuatkan buku de Vorstenlanden terbitan 1931 tulisan G.P Rouffaer, dan pendapat B.M.Mr.A.K Pringgodigdo dalam bukunya Onstaan En Groei van het Mangkoenegorosche Rijk, berdirinya Gunungkidul (daerah administrasi) tahun 1831 setahun seusai Perang Diponegoro, bersamaan dengan terbentuknya kabupaten lain di Yogyakarta. Disebutkan bahwa ”Goenoengkidoel, wewengkon pareden wetan lepen opak. Poeniko siti maosan dalem sami kaliyan Montjanagari ing jaman kino, dados bawah ipun Pepatih Dalem. Ing tahoen 1831 Nagoragung sarta Mantjanagari-nipoen Ngajogjakarta sampoen dipoen perang-perang, Mataram dados 3 wewengkon, dene Pangagengipoen wewengkon satoenggal-satoenggalipoen dipoen wastani Boepati Wadono Distrik kaparingan sesebatan Toemenggoeng, inggih poeniko Sleman (Roemijin Denggong), Kalasan serta Bantoel. Siti maosan dalem ing Pengasih dipoen koewaosi dening Boepati Wedono Distrik Pamadjegan Dalem. Makanten oegi ing Sentolo wonten pengageng distrik ingkang kaparingan sesebatan Riya. Goenoengkidoel ingkang nyepeng siti maosan dalem sesebatan nipoen Riya.”

Dan oleh upaya yang dilakukan panitia untuk melacak Hari Jadi Kabupaten Gunungkidul tahun 1984 baik yang terungkap melalui fakta sejarah, penelitian, pengumpulan data dari tokoh masyarakat, pakar serta daftar kepustakaan yang ada, akhirnya ditetapkan bahwa Kabupaten Gunungkidul dengan Wonosari sebagai pusat pemerintahan lahir pada hari Jumat Legi tanggal 27 Mei 1831 atau 15 Besar Je 1758 dan dikuatkan dengan Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Gunungkidul No : 70/188.45/6/1985 tentang Penetapan hari, tanggal bulan dan tahun Hari Jadi Kabupaten Gunungkidul yang ditandatangani oleh bupati saat itu Drs KRT Sosro Hadiningrat tanggal 14 Juni 1985.

Sedangkan secara yuridis, status Kabupaten Gunungkidul sebagai salah satu daerah kabupaten kabupaten yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dalam lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta dan berkedudukan di Wonosari sebagai ibukota kabupaten, ditetapkan pada tanggal 15 Agustus 1950 dengan UU no 15 Tahun 1950 jo Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1950 pada saat Gunungkidul dipimpin oleh KRT Labaningrat.

Guna mengabadikan Hari Jadi Kabupaten Gunungkidul dibangun prasasti berupa tugu di makam bupati pertama Mas Tumenggung Pontjodirjo dengan bertuliskan Suryo sangkala dan Condro sangkala berbunyi : NYATA WIGNYA MANGGALANING NATA ” HANYIPTA TUMATANING SWAPROJO” Menuruut Suryo sangkala tahun 1831 dibalik 1381, sedang Condro sangkala 1758 dibalik 8571.

Itulah tonggak sejarah Kabupaten Gunungkidul berbicara.



BUPATI YANG PERNAH MEMIMPIN KABUPATEN GUNUNGKIDUL
Kabupaten Gunungkidul sejak berdirinya hingga saat ini sudah tercatat 25 Bupati yang pernah menjabat. Dua puluh Lima Bupati tersebut adalah Mas Tumenggung Pontjodirjo, Raden Tumenggung Prawirosetiko, Raden Tumenggung Suryokusumo, Raden Tumenggung Tjokrokusumo, Raden Tumenggung Padmonegoro,  Raden Tumenggung Danuhadiningrat,Raden Tumenggung Mertodiningrat, KRT.Yudodiningrat, KRT.Pringgodiningrat, KRT.Djojodiningrat, KRT.Mertodiningrat, KRT.Dirjodiningrat,KRT.Tirtodiningrat, KRT.Suryaningrat, KRT.Labaningrat, KRT.Brataningrat, KRT.Wiraningrat, Prawirosuwignyo, KRT.Djojodiningrat,BA, Ir.Raden Darmakun Darmokusumo, Drs.KRT.Sosrodiningrat,
Ir.Soebekti Soenarto, KRT.Harsodingrat,BA, Drs.KRT.Hardjohadinegoro (Drs.Yoetikno), Suharto,SH, Prof.Dr Ir Sumpeno Putro, MSc, dan Hj Badingah SSos (Bupati saat ini).

Pantai Sepanjang

Pantai Sepanjang, sesuai dengan namanya memiliki garis pantai yang panjang bahkan yang terpanjang di antara pantai-pantai di Gunungkidul, ditaburi hamparan pasir putih yang masih bersih. Pantai ini terletak di Desa Kemadang, Kecamatan  Tanjungsari Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta. Pantai ini belum lama di buka, jalan menuju ke bibir pantai masih berupa jalan cor blok. Pantai yang segaris dengan Sundak - Kukup - Baron ini menawarkan keindahan Kuta Tempo Doeloe. Pasir putih bersih belum ternoda.

Ketika memasuki area pantai Sepanjang, irama debur ombak akan bersahutan menyambut. Hamparan panjang pasir putih memantulkan cahya mentari yang menyinari. Angin sepoi-sepoi membelai, menentramkan jiwa. Karang-karang berdiri kokoh tempat ombak melabuhkan harapan, pohon-pohon palem berjajar rapi di sepanjang pantai ini, begitu setia menemani hembus angin laut sore itu.

Ketika air laut surut akan nampak karang-karang di bibir pantai yang landai. Ceruk-ceruk yang terbentuk di antara karang-karang tersebut menjadi habitat bagi aneka biota laut. Para pengunjung bisa menemukan aneka kerang-kerangan, landak laut, bintang laut, ganggang laut, bulu babi, dan rumput laut. Dalam kondisi ini, penduduk setempat memanfaatkannya untuk "berburu". Rumput laut, kerang-kerangan dan bulu babi adalah buruan mereka. Hasilnya untuk konsumsi pribadi maupun dijual setelah menjadi produk olahan.

Dan ketika air laut pasang, pengunjung bisa menggunakan "pelataran" ini untuk bercumbu ria dengan debur ombak yang ramah. Namun tetap waspada, dan jangan terlalu ke tengah, karena di pantai Sepanjang terdapat ceruk yang dapat menjadi jebakan bagi mereka.

Kunjungan ke Pantai Sepanjang akan ditutup dengan merekahnya senja di ufuk barat, ketika sang surya perlahan bersembunyi di balik kanan, memancarkan bias warna yang menakjubkan.

Garis pantai yang panjang, tak bosan untuk menyusuri hamparan pasir putih ini

Keramahan ombak Pantai Sepanjang, menyambut para pengunjung

Tebing karang menjulang tempat sang ombak melabuhkan harapan

Ceruk yang dapat membahayakan para pengunjung. JANGAN TERLALU KE TENGAH



Bulu babi, salah satu biota penghuni karang Pantai Sepanjang
Kedai sederhana, menyediakan aneka makanan dan minuman
Senja di ufuk barat Pantai Sepanjang, tersenyum ramah.

Gua Seropan


Gunungkidul mempunyai potensi ekowisata yang melimpah, di antaranya gua karst (gua di kawasan tanah kapur). Salah satu gua yang sudah ditelusuri adalah Gua seropan di desa semuluh kecamatan semanu kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakata.

Acintyacunyata Speleological Club (ASC), sebuah kelompok telusur gua telah menjejakkan kaki di gua dengan panjang 888 meter ini. Meniti inchi demi inchi lekuk gua seropan, berpeluk mesra dengan lembutnya air kali bawah tanah yang mengalir di dalamnya. Merasakan sensasi berada di kedalaman perut bumi gunungkidul, menyibak keindahan di balik kegersangan negerinya para pekerja keras ini.

Gua Seropan, keindahan yang terlahir dari hasil perkawinan antara stalagtit yang menggoreskan eksotisme 3d ornament dan aliran sungai bawah tanah membuat mata terperangah. Di gua karst yang terbentuk di kedalaman 60 meter di bawah permukaan tanah ini terdapat air terjun yang bisa dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik dengan menggunakan microhydro technology. Banyak potensi yang dapat digali, tinggal bagaimana perpaduan pemerintah dan masyarakat untuk memberdayakannya.

Gua Seropan Entrance

Sungai Bawah Tanah (Debit air 750 lt / dtk)

Air Terjun Bawah Tanah (ketinggian 7 m)

Hutan Wanagama

WANAGAMA, Sepenggal Kisah Reboisasi Hingga Pohon Jati Pangeran Charles

Wanagama meliputi empat desa di Kecamatan Patuk dan Playen, Gunung Kidul, yang berjarak tempuh satu jam perjalanan menggunakan kendaraan bermotor. Sepanjang perjalanan berjarak 35 kilometer tersebut, kita dapat melihat pemandangan indah kota Yogyakarta dari ketinggian. Sampai di perempatan lampu merah setelah Rest Area Bunder, terdapat plang penunjuk jalan dengan tulisan Wanagama dan panah kanan. YogYES kemudian berbelok ke kanan menyusuri jalan yang mengecil namun tetap beraspal. Gapura bertuliskan Hutan Wanagama seolah memberitahu pengunjung bahwa mereka telah tiba di hutan yang mulai dibangun sejak 1964 ini.

Menghijaukan lahan kritis

Menyusuri Wanagama di masa sekarang, kita tak akan menyangka bahwa dahulunya tempat ini tandus dan gersang. Sebuah keadaan yang disebabkan oleh penebangan liar.
Keprihatinan akan kritis dan tandusnya lahan tersebut menggerakkan beberapa akademisi dari Fakultas Kehutanan Gadjah Mada untuk menghijaukannya. Dimulailah pekerjaan besar mereboisasi daerah yang berjenis tanah mediteran coklat kemerahan tersebut.
Proyek penghijauan itu dipelopori oleh Prof. Oemi Hani'in Suseno dan menggeliat sejak tahun 1964. Dengan bermodal uang pribadi, guru besar peraih anugerah Kalpataru (penghargaan tertinggi di Indonesia untuk urusan lingkungan) tersebut menanami Wanagama yang pada saat itu hanya seluas 10 hektar.
Kegigihan Prof. Oemi dan rekan-rekannya menanami lahan kritis menarik perhatian banyak pihak seperti pemerintah dan pecinta lingkungan. Mereka saling bekerjasama untuk mewujudkan Wanagama sehingga berupa hamparan hijau seluas 600 hektar seperti sekarang ini.

Miniatur hutan beragam tanaman

Hutan memang menawarkan sensasi kembali ke alam yang kental. Hal itu pula yang bisa didapat saat berwisata ke Wanagama. Di Wanagama kita seperti sedang berada di miniatur hutan yang berisikan banyak tanaman dari berbagai daerah.
Terdapat barisan jenis pepohonan yang akan menemani perjalanan menyusuri hijaunya Wanagama. Dimulai oleh pohon akasia, pohon penghasil bubur kayu yang menjadi primadona banyak perusahaan HTI (Hutan Tanaman Industri) di Indonesia. Dilanjutkan dengan pohon kayuputih, tanaman yang terkenal dengan minyak atsiri-nya yang berkhasiat untuk menghangatkan badan.
Selain itu ada juga barisan pohon pinus (Pinus merkusii). Deretan pohon yang banyak ditemukan di Sumatera bagian tengah ini cukup meneduhkan kala matahari bersinar dengan teriknya.
Wanagama masih memiliki banyak pepohonan, misalnya eboni (Diospyros celebica) Si Kayu Hitam dari Sulawesi, cendana (Santalum album) Si Pohon Wangi, murbei (Morus Alba) dan jati (Tectona grandis).
Selain tanaman, Wanagama juga memiliki keindahan lain berupa tiga aliran air yakni Sungai Oya, Sendang Ayu, dan Banyu Tibo. Ketiganya menawarkan kesegaran dan kesejukan saat lelah menghampiri setelah mengelilingi Wanagama.

Peninggalan Pangeran Charles di Gunung Kidul

Wanagama memiliki satu pohon yang membuat tempat wisata ini mendunia.
Tanaman itu adalah jati (Tectona grandis) yang ditanam Pangeran Charles saat berkunjung ke Wanagama pada tahun 1989. Konon terdapat hubungan unik antara pohon yang terkenal dengan sebutan Jati Londo ini dengan pernikahan Pangeran Charles dan Putri Diana. Saat bertinggi 1 m, pohon ini mengering berbarengan dengan pengumuman perpisahan pasangan Kerajaan Inggris tersebut. Entah apakah si pohon jati ikut berduka atas perceraian penanamnya.
Selain Jati Londo, Pangeran Charles juga meninggalkan rute yang menjadi favorit para pengunjung Wanagama. Rute tersebut berawal dari Wisma Cendana dan berakhir di Bukit Hell. Jalan menuju bukit itu hanya sepanjang 50 meter yang di kanan kirinya terdapat banyak pohon cendana.
Jati adalah salah satu jenis pohon yang paling banyak terdapat di Wanagama. Tanaman ini terkenal karena keawetan dan kekuatannya. Kelebihan jati amat terkenal hingga diwaspadai oleh angkatan laut Kerajaan Inggris. Manual kelautan Inggris menyarankan untuk menghindari kapal jung Tiongkok yang terbuat dari jati karena dapat merusak baja kapal marinir Inggris jika berbenturan (Wikipedia).

Wanagama dan Masyarakat sekitar

Wanagama tak hanya menjadi tempat tumbuh dan hidup berbagai jenis pepohonan, namun juga tempat bergantung hidup masyarakat sekitarnya. Masyarakat dan Wanagama bermitra serta menjalin hubungan yang saling menguntungkan kedua belah pihak.
Beternak sapi merupakan mata pencarian sebagian besar masyarakat sekitar Wanagama. Masyarakat diperbolehkan menanam rumput kalanjana di sela-sela lahan kosong Wanagama. Rumput tersebut menjadi makanan bagi sapi-sapi milik warga. Sebagai timbal baliknya, Wanagama mendapat pupuk kandang yang berasal dari kotoran ternak.
Selain itu, terdapat pula beberapa anggota masyarakat yang berjualan madu. Madu didapat dari peternakan lebah yang terdapat di sebelah timur laut Wanagama. Sama seperti rumput kalanjana, peternakan lebah juga berada di tengah rimbun lahan Wanagama. Stok madu biasanya berlimpah saat musim hujan, karena pada saat itu bunga bermekaran. Jika ingin membawa madu sebagai buah tangan, cukup mengeluarkan sekitar Rp 80.000 per botolnya.

Gua Rancang

           Gunungkidul merupakan salah satu kabupaten yang wilayahnya termasuk dalam Kawasan Karst Pegunungan Sewu dengan bentang alam yang unik. Selain fenomena di permukaan (eksokarst) yang berbentuk perbukitan karst, di Gunungkidul juga terdapat fenomena di bawah permukaan (endokarst) yang berbentuk sungai bawah tanah, lembah, telaga, hingga luweng dan gua. Karena itu tak heran jika Gunungkidul memiliki banyak gua yang tersebar di perut bumi. Salah satu gua yang bisa dimasuki siapa saja tanpa peralatan khusus adalah Gua Rancang Kencono yang terletak di Desa Wisata Bleberan.
            Berdasarkan buku "Mozaik Pusaka Budaya Yogyakarta" yang disusun oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Yogyakarta, Gua Rancang Kencono merupakan gua purba sejajar dengan Gua Braholo yang terdapat di Kecamatan Rongkop, hal ini didasarkan pada penemuan artefak dan tulang belulang yang diperkirakan hidup pada ribuan tahun yang lalu.     
           Gua yang mempunyai ruangan luas dan lapang dengan pohon klumpit (Terminalia edulis) yang diperkirakan sudah berusia lebih dari 2 abad ini pernah dijadikan sebagai tempat persembunyian dan pertemuan Laskar Mataram pada saat menyusun rencana untuk mengusir Belanda dari Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Karena digunakan untuk merancang strategi demi tujuan mulia maka gua ini dinamakan Gua Rancang Kencono.
           Untuk memasuki Gua Rancang Kencono cukup menuruni tangga batu yang sudah dibangun sejak dulu. Sebatang pohon klumpit yang tingginya sudah melampaui atap gua menyambut dengan gagahnya. Lubang besar akibat lapuk terlihat di batang pohon menjadi penanda usianya yang sudah renta. Gua Rancang Kencono memiliki sebuah pelataran atau ruang yang luas dan bisa digunakan untuk mengadakan pertemuan. Stalaktit tampak menghiasi langit-langit gua, banyak diantaranya sudah mati sehingga tidak terlihat lagi air yang menetes. Di sebelah ruangan yang luas terdapat ruang kecil dan sempit sertagelap gulita. Untuk memasuki ruang ini YogYES harus melewati sebuah celah kecil dengan merunduk. Di dalam ruang yang sempit ini terdapat lukisan bendera merah putih serta kata-kata penyemangat yang ditujukan kepada para pejuang. Baru 10 menit di ruangan udara sudah terasa pengap, kembali ke pelataran pun menjadi pilihan.
           Selain relung gua yang sempit dan gelap, di sisi lain juga terdapat lorong yang konon menghubungkan Gua Rancang Kencono dengan Air Terjun Sri Gethuk. Saat memasuki lorong tersebut YogYES harus berjalan jongkok bahkan sesekali merangkak karena langit-langitnya sangat pendek. Menurut pengelola, sebagian lorong tersebut telah runtuh sehingga tidak bisa ditelusuri. Saat malam menjelang, Gua Rancang Kencono yang disinari samar cahaya bulan terlihat mistis sekaligus eksotis. Redup cahaya bintang dan sinar lampu taman yang tidak terlalu benderang menjadi teman setia berbincang sambil menikmati secangkir wedang jahe.            Derik serangga berpadu dengan desau angin menciptakan simfoni alam yang merdu dan mengiringi obrolan hingga larut malam.
Tiket: Rp. 3.000 (merupakan tiket terusan dengan Air Terjun Sri Gethuk).

Gunung Nglanggeran


Gunung 
Nglanggeran
             Saat menuju kawasan tersebut, Anda akan menikmati banyak bongkahan batu ukuran raksasa di kiri-kanan jalan setapak. Memang sebaiknya Anda ke sana bukan di saat musim hujan karena jalan setapak dari tanah akan licin. Apalagi Anda juga harus menyusuri jalan terjal.Ada bangunan joglo di pintu masuk. Sawah nan hijau tampak di sekelilingnya. Tidak jauh dari situ, terdapat bangunan tower berbagai stasiun televisi yang jumlahnya cukup banyak, menambah keindahan alam. Namun, Anda tidak usah khawatir meski saat mendaki Anda akan menemukan jalan yang terjal dan berbahaya. Di jalan tersebut, sudah dipasang tali, dan para pemuda dari warga desa setempat siap membatu sekaligus memandu untuk mencapai puncak gunung yang berada di ketinggian sekitar 700 meter di atas permukaan laut (mdpl).             Sekitar 15 menit mendaki, pos pertama tempat beristirahat sebelum menuju puncak telah tercapai. Dari ketinggian di pos pertama, hamparan hijau pemandangan telah terlihat dengan sungguh memesona. Pada pos ini, batuan andesit terlihat terjal, dan kalau musim hujan bertambah licin. Sudut kemiringan di tempat ini sekitar 60 derajat. Bagi yang ingin meneruskan hingga puncak, yakni Gunung Gedhe, dibutuhkan waktu sekitar 3-5 jam.
Bagi yang tidak sanggup, bersantai menikmati pemandangan dan berfoto-ria di pos pertama mungkin sudah lebih dari cukup. “Bagi yang ingin naik hingga puncak, jika mampu, akan mendapatkan suguhan pemandangan di puncak yang sangat indah,” kata Sugeng Handoko, pengelola objek wisata Gunung Nglanggeran, Selasa (28/2)
           Gunung Nglanggeran, yang berada di titik koordinat 7o 50,4′ 25” LS dan 110o 32,3′ 21” BT ini terletak di kawasan Baturagung di bagian utara Kabupaten Gunungkidul dengan ketinggian 200-700 mdpl, tepatnya di Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, dengan jarak tempuh 22 km dari Kota Wonosari. Untuk mencapai lokasi itu, akan lebih nyaman jika Anda membawa kendaraan sendiri.
           Untuk mencapai Gunung Nglanggeran tidak terlalu sulit. Dari Yogyakarta, tepatnya Stasiun Tugu, gunung itu berada sekitar 25 km menuju arah Wonosari. Setelah sampai di Bukit Patuk, Gunungkidul, tempat pemancar-pemancar televisi berada, hanya diperlukan sekitar 10 menit perjalanan hingga Desa Nglanggeran. Untuk bisa menikmati keindahan gunung api purba ini, Anda hanya dikenakan retribusi 3.000 rupiah per orang.

Peta

Gunung Nglanggeran yang merupakan Gunung Api Purba kini makin rame dikunjungi oleh para wisatawan baik domestic maupun manca negara. Banyak dari pengunjung yang datang biasa berkelompok bersama anggota organisasi maupun keluarganya, namun banyak juga yang datang hanya bersama pasangan pacarnya. Yah maklum saja remaja dan kaum pemuda akan merasa santai dan menyenangkan jika melakukan petualangan maupun berjalan-jalan dengan pendamping hidupnya ( sang pacar maksudnya ). Namun ada juga yang merasa kepingin datang kelokasi wisata baru ini tapi tidak tau jalan menuju lokasi tersebut. Nah gambar disamping adalah peta untuk menuju lokasi. Untuk mempemudah memahaminya akan saya bagi menjadi 2 jalur :
Gambar Denah Lokasi Ke Kawasan Ekowisata Gunung Api Purba
  1. Dari Jogjakarta (jarak 25 KM dari Jogja)
Bagi wisatawan yang dari Jogjakarta dapat sampai dilokasi ini dengan hanya menggunakan waktu tempuh 40-50 menit saja jika menggunakan motor dengan kecepatan sedang, yah 60-70km/jam lah…. Jika ngebut 30 menitpun sampai ( sudah dibuktikan saya dari Mandala Krida sampai Nglanggeran 35 menit ). Untuk lebih jelasnya rutenya seperti ini. Kita berjalan melewati jalan Jogja-Wonosari kea rah wonosari akan melewati Bukit Bintang/Bukit Patuk yang biasanya digunakan oleh para remaja menatap Sunset. Nah lokasi Gunung Api Purba desa Nglanggeran tidak jauh dari lokasi itu hanya kira2 perjalanan 15 menit atau 7 Km untuk sampai lokasi Gunung ini. Arahnya dai bukit bintang masih naik sampai menemui Polsek Patuk atau bisa juga GCD FM habis tanjakan belok kiri arah ke Stasiun Relay INDOSIAR Desa Ngoro-oro. Ikuti saja jalan mulus itu sampai Puskesmas Patuk II atau biasa disebut Puskesmas Tawang nanti belok kanan dah sampai Desa Nglanggeran dimana Gunung Api Purba berada. Gunung ini pun sudah kelihatan jika kita sudah sampai di Stasiun Relay INDOSIAR dan juga banyak Stasiun Relay lain di Desa Ngoro-oro.
2. Dari Wonosari
Untuk dari arah wonosari cukup mudah untuk sampai ke Lokasi Gunung Api Purba, tinggal belok kanan dari Bunderan Sambi Pitu tapi jangan yang ke Timur ( Arah Nglegi ) ambil saja yang ke Arah Desa Bobung ( desa kerajinan topeng ) kira-kira jarak lokasi Gunung 5 Km dari Sambi Pitu dan 3 Km dari Dusun Bobung.

Pantai Ngobaran


pantai ngobaran pesona gunungkidulPantai Ngobaran, salah satu eksotisme yang terpendam di jajaran pesona Gunungkidul, berada 2 km arah barat pantai Ngrenehan. Pantai yang terletak di desa kanigoro kecamatan saptosari kabupaten gunungkidul yogyakarta ini memadukan tebing tinggi dan hamparan pantai membentuk relief keindahan tak terkira. Pantai Ngobaran, keindahan atas keperawanan alam.


Pantai ini dihiasi karang-karang berselimut alba (rumput laut) yang menjadi sumber penghidupan masyarakat sekitar. Alba merupakan bahan baku untuk pembuatan kosmetik. Di antara karang-karang terbentuk kolam-kolam mini sepanjang pantai tempat hidup biota-biota laut seperti lobster dan landak laut (hewan laut dengan duri tajam seperti landak)nelayan darat. Sebutan nelayan darat diperuntukkan bagi nelayan yang tidak perlu melaut/berlayar dengan kapal untuk mengekplorasi hasil laut, cukup di pantai saja.

yang menjadi tumpuan para

Pantai Ngobaran menyimpan sejarah panjang kerukunan dalam ke-bhineka-an. Di pantai ini berdiri beberapa tempat peribadatan berbagai agama/kepercayaan. Sebuah masjid berdiri berdampingan dengan sebuah pura (tempat beribadah umat Hindu), tempat ibadah aliran kepercayaan kejawen dan kejawan (Aliran kepercayaan peninggalan Brawijaya V, diambil dari nama salah satu putra Brawijaya V, Bondhan Kejawan). Keunikan dapat terlihat dari Masjid yang menghadap ke selatan, beradapan dengan wajah keindahan pantai Ngobaran. Namun dalam pelaksanaan sholat, tetap menghadap Kiblat.

10 Cara Lindungi Diri dari Radiasi Ponsel

Ponsel sudah menjadi sahabat dalam kehidupan kita sehari-hari. Kemanapun kita pergi, telepon genggam selalu menemani untuk memenuhi kebutuhan kita berkomunikasi. Popularitas dan kemudahan penggunaannya membuat orang secara perlahan meninggalkan penggunaan saluran telepon tetap (landline). Berdasarkan data Nielsen (Mei), terdapat lebih dari 125 juta pengguna ponsel di Indonesia
 
Ponsel nirkabel bekerja dengan cara mentransmit sinyal melalui frekuensi radio, sama dengan radiasi berfrekuensi rendah yang terdapat dalam oven microwave maupun radio AM/FM. Para ilmuwan selama bertahun-tahun telah mengetahui dampak radiasi sinyal radio frekuensi tinggi bagi kesehatan.

Jika kita terpapar secara terus menerus dan dalam jumlah besar, sinyak berfrekuensi tinggi tersebut bisa menyebabkan kanker. Untuk itu kita perlu mewaspadai bahaya penggunaan ponsel secara berlebihan bagi kesehatan tubuh kita. WHO secara resmi menyatakan bahwa radiasi ponsel dapat memicu kanker berbahaya (karsinogenik).

Penyakit dan gejala yang muncul dari gangguan radiasi ponsel meliputi: pusing, gangguan tidur, tumor otak, alzheimer, parkinson, berubahnya fungsi memori, konsentrasi dan kesadaran spasial serta memicu kanker-kanker yang lain. Untuk mencegahnya, berikut adalah 10 tips menghindari radiasi ponsel:

1. Jangan gunakan ponsel saat sinyal lemah (rendah). Hal ini menyebabkan ponsel bekerja lebih keras untuk memperoleh koneksi, sehingga menciptakan kemungkinan radiasi lebih besar

2. Jangan gunakan ponsel di ruang yang tertutup, seperti lift dan mobil. Radiasi dapat terjadi saat ponsel mencoba menciptakan koneksi pada sinyal

3. Jangan menelpon saat berkendara. Berbicara di ponsel sambil bergerak dengan cepat membuat ponsel Anda terus berusaha menciptakan sambungan (koneksi) berulang ke menara berikutnya, sehingga melepaskan energi dalam jumlah besar.

4. Batasi penggunaan ponsel. Bicara seperlunya dan sebisa mungkin kirimkan text daripada menelpon.

5. Saat ponsel menyala, jangan menyimpannya dekat bagian tubuh Anda. Badan kita dapat menyerap radiasi yang membahayakan, jadi jauhkan dari anggota badan (termasuk di saku). Terkadang saking besarnya kebutuhan berkomunikasi, sampai-sampai ponsel pun tidur di samping kita. Hal ini sebaiknya dihindari untuk mengurangi kemungkinan terkena radiasi.

6. Gunakan speakerphone. Jika Anda sendiri dan tidak ingin mengganggu orang lain, maka penggunaan speakerphone merupakan cara terbaik karena memiliki jarak aman dari kepala Anda.

7. Jika menggunakan bluetooth, alihkan dari satu sisi ke sisi lainnya. Cara ini adalah untuk menghindari radiasi yang terkonsentrasi di satu sisi. Radiasi Bluetooth tetap berisiko walau lebih rendah dari radiasi ponsel.

8. Gunakan headset ferrite bead. Ferrite bead adalah asesoris ponsel yang berfungsi untuk mengurangi radiasi. Kabel yang ada di alat pendengar di ponsel Anda juga dapat menyalurkan radiasi ke telinga. Dengan menggunakan ferrite bead, Anda dapat mengurangi radiasi tersebut.

9. Gunakan Airplane Mode. Kebanyakan ponsel sekarang ini memiliki fungsi utk digunakan di pesawat udara. Airplane mode meniadakan transmisi nirkabel dan menghentikan risiko radiasi! Jika Anda tidak menggunakan ponsel untuk waktu yang cukup lama, matikanlah atau pilih airplane mode, maka ponsel Anda akan mengonsumsi energi lebih rendah dan menghemat baterai sehingga penggunaannya lebih efisien.

10. Beli ponsel dengan radiasi rendah. Setiap telepon seluler memiliki tingkatan radiasi yang bervariasi, untuk itu Anda perlu mencari informasi produk ponsel beradiasi rendah yang sesuai dengan kebutuhan Anda. Selain itu, apapun model ponselnya, selalu patuhi cara penggunaannya dengan benar. Produsen ponsel selalu memberikan informasi mengenai cara menggunakan dan membawa ponsel agar konsumen bisa membatasi paparan radiasi.